2014

Ucapan dan Ejaan

             I.        UCAPAN DAN EJAAN
A. Ucapan
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan. Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang lain. Sering dengan mudah kita dapat menentukan daerah asal seorang penutur berdasarkan ucapan bahasa Indonesianya.
B. Ejaan
Ejaan penting sekali artinya dalam  kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif tulis. Dalam tulis-menulis orang tidak hanya dituntut untuk dapat menyusun kalimat dengan baik, memilih kata yang tepat, melainkan juga mengeja kata-kata dan kalimat tersebut sesuai dengan ejaan yang berlaku. Dalam surat-surat pribadi dan kalimat catatan harian misalnya, ketaatan dalam EYD tidak mutlak. Dalam karangan ilmiah, dalam makalah, dan dalam surat-surat perjanjian, kaidah ejaan harus betul-betul ditaati. Sebelum, EYD diumumkan, dalam tulis menulis dipergunakan Ejaan Soewandi atau ejaan Republik. Ejaan tersebut diumumkan berlakunya terhitung mulai 19 maret 1947. sebelum ejaan Soewandi berlaku Ejaan Van Ophuysen yang ketentuannya dimuat dalam Kitab Logat Melajoe yang disusun dengan bantuan Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’Mur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan  ini dinyatakan mulai berlaku sejak tahun 1901, sebelum ejaan Van Ophuysen berlaku dalam tulis menulis  dalam bahasa Melayu, digunakan huruf   2 Jawi atau Arab Melayu dan juga dengan huruf Latin dengan ejaan yang tidak teratur.
           II.        Ragam Tanda Baca , Fungsi Dan Contohnya
1. Tanda titik (.)
Fungsi dan pemakaian tanda titik:
·         Untuk mengakhiri sebuah kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan,
·         Diletakan pada akhir sinkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan,
·         Pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum,
Contoh :
·         Menggunakan tanda baca dengan benar agar tidak terjadi kesalah pahaman.
·         Dr. Adit senang mengobati orang sakit.
·         Kutipan menarik itu diambil dari hlm 5 dan 8.
2. Tanda Koma (,)
Fungsi dan pemakaian tanda koma antara lain:
·         Memisahkan unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilang,
·         Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat,
·         Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dakam kalimat, dll.
Contoh :
·         Studio tersebut tersedia berupa gitar, drum dan bass.
·         Apabila keliru memilih bidang spesialisasi, usaha tidak dapat melaju.
·         “Jangan buang sampah sembarangan,” kata Rudi.
3. Tanda Seru (!)
Fungsi dan pemakaian tanda seru :
·       Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Contoh :
·         Jangan letakan benda itu di depan saya !
4. Tanda Titik Koma (;)
Fungsi dan pemakaian titik koma adalah:
·          Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara
·     Memisahkan kalimat yang setara didalam satu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh :
·         Hari makin sore; kami belum selesai juga.
·         Desi sibuk bernyanyi; ibu sibuk bekerja di dapur; adik bermain bola.
5. Tanda Titik Dua (:)
Tanda Titik Dua digunakan dalam hal-hal sebagai berikut
·  Pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
·        Pada kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
·  Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
       
Contoh :
§  Fakultas Ekonomi UPN Jogja memiliki tiga jurusan: Akuntansi,  Managemen, dan Ilmu Ekonomi.
§          Project By: Alland Project
§          Penulis: Indra Lesmana
§          Editor: Wicak
§          “Jangan datang terlambat.”
 Budi: “Siap, Pak.”
6. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai dalam hal-hal seperti berikut:
§  Menyambung unsur-unsur kata ulang
§  Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing—-
Contoh :
§  Anak-anak kelaparan di negara Afrika adalah akibat globalisasi.
§  di- packing
7. Tanda Elipsis (…)
Tanda elipsis dipergunakan untuk menyatakan hal-hal seperti berikut
§  Mengambarkan kalimat yang terputus-putus
§  Menunjukan bahwa satu petikan ada bagian yang dihilangkan
Contoh :
§  “PLAK ….. ALHAMDULLLIILAHH ……” kuda itu berjalan dengan cepat, sampai-sampai orang itu tidak bisa mengendalikanya, di depan terlihatlah jurang yang sangat dalam.
8. Tanda Tanya (?)
§     Tanda tanya selalunya dipakai pada setiap akhir kalimat tanya.
§ Tanda tanya yang dipakai dan diletakan didalam tanda kurung menyatakan bahwa kalimat yang dimaksud disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh :
§  Siapa Presiden Indonesia saat ini?
9. Tanda Kurung ( )
Tanda kurung dipakai dalam ha-hal berikut
§     Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
§ Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian pokok pembicaraan
§  Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan
Contoh :
§  Jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga disebut demand (permintaan).
10. Tanda Kurung Siku ( [..] )
Tanda kurung siku digunakan untuk:
§  Mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada akhir kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain
§  Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
Contoh :
§  Persamaan akuntansi ini (perbedaannya ada di Bab 1 [lihat halaman 38-40]) perlu dipelajari disini.
11. Tanda Petik (“…”)
Fungsi tanda petik adalah:
§  Mengapit petikan lagsung yang berasal dari pembicaraan, naskah atau bahan tertulis lain
§  Mengapit judul syair, karangan, bab buku apabila dipakai dalam kalimat
§  Mengapit istilah kalimat yang kurang dikenal
Contoh :
§  Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.”
12. Tanda Petik Tunggal (‘..’)
Tanda Petik tunggal mempunyai fungsi :
§  Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain
§  Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
Contoh :
§  “Dia bilang padaku ‘jangan kau ganggu dia’, seketika itu aku ingin mengingatkannya kembali.” Ujar Andi.
13. Tanda Garis Miring (/)
§  Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat
§  Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat
Contoh :
§  Modem itu memiliki kecepatan sampai 7,2 Mb / s.
14. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
§  Tanda Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata.
Contoh :
§  Budi bertugas sebagai pembaca pembukaan UUD ‘45.
          III.        Kata
Pengertian Kata
Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata adalah merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
A.    Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
Nomina
Bagian
Kimia merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran IPA
Pembagian
Pembagian rapot hasil belajar akan dilaksanakan pada hari sabtu
B.    Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis.
                                    Contoh :
Verba
Membagi
Rina membagi pizzanya menjadi 8 potong
Membagikan
Bu Ike membagikan tugas kepada murid-murid di kelas
Berbagi
Arkaan berbagi kue dengan Rainda
Membagi-bagikan
Perusahaan swasta membagi-bagikan selembaran brosus kepada mahasiswa
Terbagi
Olahraga atletik terbagi menjadi beberapa cabang
Dibagi
Di dalam satu kelas dibagi menjadi 6 kelompok
Dibagikan
Sumbangan acara hari ini akan dibagikan kepada anak yatim
C.   Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
D.   Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
E.    Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda.
F.    Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
G.   Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya.
Adapun kata dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1.    Kata Baku
§  Kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan.
§  Dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertuliss dengan pengukapan gagasan secara cepat.
2.    Kata Tidak Baku
§  Kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan.
§  Dalam bahasa sehari-hari, bahasa tutur.
NO    KATA BAKU                  KATA TIDAK BAKU
1.        Aktif                                          Aktip
2.        Ambulans                                 Ambulan
3.        Analisa                                     Analisis
4.        Anggota                                    Anggauta
5.        Antre                                        Antri
6.        Apotek                                     Apotik
7.        Atlet                                          Atlit
8.        Berpikir                                     Berfikir
9.        Frekuensi                                 Frekwensi
10.      Hakikat                                     Hakekat
Daftar Pustaka
http://abasawatawalla01.blogspot.com/2013/02/kata-frasa-klausa-dan-diksi.html

Fungsi, Ragam, dan Laras Bahasa Indonesia

PENGERTIAN DAN FUNGSI BAHASA
 1.1. Pengertian Bahasa
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok’.
 1.2. Fungsi-Fungsi Bahasa
Konsep bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran. Bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi untuk menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah “who speak what language to whom, when and to what end”. Oleh karena itu fungsi-fungsi bahasa dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topic, kode dan amanat pembicaraan.
  • Fungsi Personal atau Pribadi
Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedang sedih, marah atau gembira.
  • Fungsi Direktif
Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatuf tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang dikehendaki pembicara.
  • Fungsi Fatik
Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik. Artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu pamit, berjumpa atau menanyakan keadaan. Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah. Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur paralinguistik, seperti senyuman, gelengan kepala, gerak gerik tangan, air muka atau kedipan mata. Ungkapan-ungkapan tersebut jika tidak disertai unsure paralinguistik tidak mempunyai makna.
  • Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia di sekelilingnya.
  • Fungsi Metalingual atau Metalinguistik
Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik. Artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Biasanya bahasa digunakan untuk membicarakan masalah lain seperti ekonomi, pengetahuan dan lain-lain. Tetapi dalam fungsinya di sini bahasa itu digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa di mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa.
  • Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik yang sebenarnya maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya.
 1.3. Pengaruh Bahasa Terhadap Perilaku Manusia
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya harus dapat berinteraksi dengan manusia di sekitarnya, untuk dapat berinteraksi dengan makhluk sekitarnya diperlukan sarana atau media yang menunjangnya, komunikasi adalah salah satu sarana penunjang untuk berinterkasi dengan makhluk sekitar, Komunikasi itu dapat di bagi menjadi beberapa bagian , salah satunya dengan komunikasi lisan dengan media bahasa, bahasa dapat menunjukan identitas suatu bangsa.
Tak hanya lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku manusia bahasa juga mempunyai andil besar dalam perilaku manusia, Bahasa sendiri ternyata secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku manusia, contohnya saja seseorang menceritakan tentang kisah hidup seorang usahawan yang sukses, maka orang yang mendengarnya akan menjadi termotivasi untuk menjadi sama seperti usahawan tersebut.
Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri. Maka dari itu kita dituntut untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena bahasa Indonesia merupakan kepribadian bangsa Indonesia.
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan.
Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa. Berkaitan dengan peraturan bahasa, ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu masalah tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis. Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan bahasa tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan mengalami kesulitan dalam bermain dengan bahasa.
Namun, kita tidak usah takut jika kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pergaulan kita, maka kita akan terkesan aneh bahkan mungkin ditertawakan oleh mereka. Justru, dari sinilah kita mulai mengajarkan kepada mereka bahwa kita harus bangga menggunakan bahasa Indonesia, seperti negara-negara lainnya. Sehingga nantinya akan terbentuk komunikasi yang ilmiah. Komunikasi yang ilmiah adalah komunikasi yang bersifat pengetahuan, baik itu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari maupun pengetahuan dalam hal yang formal. Dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka maksud yang akan kita sampaikan kepada seseorang akan semakin jelas ditangkap oleh mereka. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang bisa diterima dimanapun.
Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa bahasa sangat berperan penting dalam mempengaruhi perilaku manusia, bila seseorang menggunakan bahasa baik dan benar, maka perilaku seseorang itu baik dan bila seseorang mempunyai bahasa yang kasar maka dapat di pastikan perilakunya kurang baik, tapi itu bagaimana kita menyikapi seseorang itu, sebab bahasa itu makanan otak kenapa dapat dikatakan demikian karena hal hal diatas, bila seseorang berbahasa dengan baik maka dia mudah bergaul dan dari pergaulan itu seseorang dapat bertemu orang yang baik juga, dan bukan tidak mungkin dengan bahasa yang baik kita dapat mendapatkan ilmu baru dari orang di sekitar kita, berbahasalah dengan baik.

RAGAM DAN LARAS BAHASA

2.1. Pengertian Ragam dan Laras Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Laras bahasa adalah ragam bahasa yang digunakan untuk suatu tujuan atau pada konteks sosial tertentu. Banyak sekali laras bahasa yang dapat diidentifikasi tanpa batasan yang jelas di antara mereka. Laras dan ragam bahasa merupakan suatu kesatuan dalam kehidupan sehari-hari, jika kita menggunakan laras dan ragam bahasa yang baik dan benar, maka orang akan mengerti, contoh, jika kita berbicara dengan orang yang lebih tua dengan bahasa yang sopan, namun laras yang digunakan tidak baik, maka tutur bahasanya pun akan berantakan. jadi kita harus bisa memadukan dengan baik laras dan ragam bahasa yang baik dan benar.
2.2. Contoh Ragam dan Laras Bahasa Di Lingkungan Sekitar
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue. Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan 6 kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti. Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Contoh (1)
a) Ibu mengatakan, kita akan pergi besok
b) Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok
Pada contoh 1 merupakan ragam semi standar dan diperbaiki contoh (1a)  yang merupakan ragam standar.
Contoh (2)
a) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.
b) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar. Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.
Referensi :

Postingan Lebih Baru Postingan Lama