Fungsi, Ragam, dan Laras Bahasa Indonesia
PENGERTIAN DAN FUNGSI BAHASA
 1.1. Pengertian Bahasa
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan 
sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. 
Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat 
untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, 
gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa 
diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat 
arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Bahasa adalah 
sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang 
berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa 
lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang 
disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau
 menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
 suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi
 “nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang
 sebagai makanan pokok’.
 1.2. Fungsi-Fungsi Bahasa
Konsep bahasa adalah alat untuk 
menyampaikan pikiran. Bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat 
untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, 
gagasan, konsep atau perasaan. Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa 
adalah alat atau berfungsi untuk menyampaikan pikiran dianggap terlalu 
sempit, sebab yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah “who speak 
what language to whom, when and to what end”. Oleh karena itu 
fungsi-fungsi bahasa dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topic,
 kode dan amanat pembicaraan.
- Fungsi Personal atau Pribadi
 
Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedang sedih, marah atau gembira.
- Fungsi Direktif
 
Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatuf tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang dikehendaki pembicara.
- Fungsi Fatik
 
Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik. Artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu pamit, berjumpa atau menanyakan keadaan. Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah. Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur paralinguistik, seperti senyuman, gelengan kepala, gerak gerik tangan, air muka atau kedipan mata. Ungkapan-ungkapan tersebut jika tidak disertai unsure paralinguistik tidak mempunyai makna.
- Fungsi Referensial
 
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia di sekelilingnya.
- Fungsi Metalingual atau Metalinguistik
 
Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik. Artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Biasanya bahasa digunakan untuk membicarakan masalah lain seperti ekonomi, pengetahuan dan lain-lain. Tetapi dalam fungsinya di sini bahasa itu digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa di mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa.
- Fungsi Imajinatif
 
Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik yang sebenarnya maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya.
 1.3. Pengaruh Bahasa Terhadap Perilaku Manusia
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya 
harus dapat berinteraksi dengan manusia di sekitarnya, untuk dapat 
berinteraksi dengan makhluk sekitarnya diperlukan sarana atau media yang
 menunjangnya, komunikasi adalah salah satu sarana penunjang untuk 
berinterkasi dengan makhluk sekitar, Komunikasi itu dapat di bagi 
menjadi beberapa bagian , salah satunya dengan komunikasi lisan dengan 
media bahasa, bahasa dapat menunjukan identitas suatu bangsa.
Tak hanya lingkungan yang dapat 
mempengaruhi perilaku manusia bahasa juga mempunyai andil besar dalam 
perilaku manusia, Bahasa sendiri ternyata secara tidak langsung dapat 
mempengaruhi perilaku manusia, contohnya saja seseorang menceritakan 
tentang kisah hidup seorang usahawan yang sukses, maka orang yang 
mendengarnya akan menjadi termotivasi untuk menjadi sama seperti 
usahawan tersebut.
Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan 
sebagai alat komunikasi sekaligus alat untuk menunjukkan identitas diri.
 Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman 
kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, 
bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa 
maupun sebagai diri sendiri. Maka dari itu kita dituntut untuk 
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena bahasa 
Indonesia merupakan kepribadian bangsa Indonesia.
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan 
aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan
 sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan 
menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama,
 status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran 
kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil 
dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan
 bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan 
rendah tentu tidak dapat disamakan.
Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek 
kaidah, yakni peraturan bahasa. Berkaitan dengan peraturan bahasa, ada 
empat hal yang harus diperhatikan, yaitu masalah tata bahasa, pilihan 
kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan 
kata, harus dimiliki dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis. 
Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan 
bahasa tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan 
mengalami kesulitan dalam bermain dengan bahasa.
Namun, kita tidak usah takut jika kita 
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pergaulan kita, 
maka kita akan terkesan aneh bahkan mungkin ditertawakan oleh mereka. 
Justru, dari sinilah kita mulai mengajarkan kepada mereka bahwa kita 
harus bangga menggunakan bahasa Indonesia, seperti negara-negara 
lainnya. Sehingga nantinya akan terbentuk komunikasi yang ilmiah. 
Komunikasi yang ilmiah adalah komunikasi yang bersifat pengetahuan, baik
 itu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari maupun pengetahuan dalam 
hal yang formal. Dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
 maka maksud yang akan kita sampaikan kepada seseorang akan semakin 
jelas ditangkap oleh mereka. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa 
persatuan yang bisa diterima dimanapun.
Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan
 bahwa bahasa sangat berperan penting dalam mempengaruhi perilaku 
manusia, bila seseorang menggunakan bahasa baik dan benar, maka perilaku
 seseorang itu baik dan bila seseorang mempunyai bahasa yang kasar maka 
dapat di pastikan perilakunya kurang baik, tapi itu bagaimana kita 
menyikapi seseorang itu, sebab bahasa itu makanan otak kenapa dapat 
dikatakan demikian karena hal hal diatas, bila seseorang berbahasa 
dengan baik maka dia mudah bergaul dan dari pergaulan itu seseorang 
dapat bertemu orang yang baik juga, dan bukan tidak mungkin dengan 
bahasa yang baik kita dapat mendapatkan ilmu baru dari orang di sekitar 
kita, berbahasalah dengan baik.
RAGAM DAN LARAS BAHASA
2.1. Pengertian Ragam dan Laras Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa 
menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, 
menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta 
menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh 
penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi),
 yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah 
(karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di 
dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa 
baku atau ragam bahasa resmi.
Laras bahasa adalah ragam bahasa yang 
digunakan untuk suatu tujuan atau pada konteks sosial tertentu. Banyak 
sekali laras bahasa yang dapat diidentifikasi tanpa batasan yang jelas 
di antara mereka. Laras dan ragam bahasa merupakan suatu kesatuan dalam 
kehidupan sehari-hari, jika kita menggunakan laras dan ragam bahasa yang
 baik dan benar, maka orang akan mengerti, contoh, jika kita berbicara 
dengan orang yang lebih tua dengan bahasa yang sopan, namun laras yang 
digunakan tidak baik, maka tutur bahasanya pun akan berantakan. jadi 
kita harus bisa memadukan dengan baik laras dan ragam bahasa yang baik 
dan benar.
2.2. Contoh Ragam dan Laras Bahasa Di Lingkungan Sekitar
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti 
merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat 
menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa 
dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut 
diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku.
 Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue. Penggunaan kata
 tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam 
standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan 6 kata-kata
 yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. 
Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus 
menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti. Penggunaan kata sambung 
(konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. 
Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan 
dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Contoh (1)
a) Ibu mengatakan, kita akan pergi besok
b) Ibu mengatakan bahwa kita akan pergi besok
Pada contoh 1 merupakan ragam semi standar dan diperbaiki contoh (1a)  yang merupakan ragam standar.
Contoh (2)
a) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.
b) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (1) kehilangan kata sambung 
(bahwa), sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk). Dalam 
laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan
 bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar. Kelengkapan fungsi
 merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. 
Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah 
dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang 
nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan 
fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, 
mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk 
menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga muncul, 
tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda 
intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam 
ragam tulis.
Referensi :